i
Selalu, dua jiwa
bercuap pelangi tatkala habislah rintik
Bahwa pelangi, mengucap
secercah binar lengkung
Itulah kau
Dengan mata yang berbinar
merekah pelangi
Katamu, “mewarni selalu
indah”
Tapi yang kurasa kini
hanyalah sepi
ii
Dalam senja yang mengeja
cericit pipit dalam rintik gerimis
Matanya mengalun wicara
Mengerling tujuh warna
pelangi
Katanya, “mewarni
selalu indah”
Aku bisu. Terpaku
teringat kau
iii
Kelam, mungkin memang
kelam
Satu sisi dalam sama
merah darah
Menyisa sepi
Tapi kemudian aku tau
Bahwa, “mewarni akan
selalu indah”
Itu kau dan kini adalah
dia.
Yang sama
Tapi tak serupa
: mata pelangi
Jakarta, 12 Mei 2012
-Rosika Azahra-
-Rosika Azahra-
4 komentar:
bagus matanya bagus kata2 puisinya
'mewarnai selalu indah' tapi terkadang hitam-putih juga bagus ya terkesan klasik he..he... #nggak nyambung!
Super... Indahnya puisimu...
ditunggu tulisan berikutnya ya Mba Ika
@Pengisah dan Mas Hilal.... terimakasih :)
@mbak haya ... kalau menurutku hitam putih pun termasuk dalam 'mewarni' mbak, hehe... *berkilah, nyela, atau apa nih ...dzig :) *
Bagaimana pendapat Anda...